Ketika
menyebutkan batik tiga negeri, tidak semua orang tahu dan mengenal jenis batik
ini. Hal ini dikarenakan batik ini merupakan salah satu masterpiece dalam dunia
pembatikan. Bagaimana tidak, batik jenis ini merupakan perpaduan dari berbagai
batik yang ada di tiga tempat yang berbeda yakni Lasem, Pekalongan dan Solo. Pada
saat itu, ketiga wilayah tersebut masih berada di zaman colonial diberikan
otonomi tersendiri sehingga disebut sebagai negeri. Dari segi motif memang umum
dan merupakan perpaduan dari ketiga tempat tersebut, hanya saja yang memberikan
kesan unik dan menarik ialah pada proses pembuatannya. Untuk motifnya sendiri
merupakan perpaduan bunga, daun serta isen-isen khas batik. Sedangkan untuk
proses pembuatannya, konon banyak pembatik percaya bahwa warna coklat, merah
dan biru pada batik tiga negeri ini hanya dapat diproses di masing-masing wilayah.
Untuk warna merah yang identik dengan etnis tionghoa para pembatik harus menuju
ke wilayah Lasem. Hingga saat ini wilayah Lasem memang paling banyak dihuni
oleh etnis tionghoa dengan ciri khas warna merah disetiap perayaan dan
busananya. Kemudian untuk memperoleh warna biru pembatik kali ini harus menuju
ke wilayah pekalongan. Sedangkan untuk mendapatkan warna sogan dan coklat, maka
pembatik harus menuju ke wilayah Solo. Mengapa demikian? barangkali kita akan
berpikir, mengapa tidak masing-masing warna tersebut disatukan di satu tempat
untuk kemudian dilakukan proses pewarnaan. Namun kenyataannya tidak semudah
itu. Ada anggapan bahwa pewarnaan yang sempurna hanya dapat dilakukan di
masing-masing wilayah. Hal tersebut sangatlah masuk akal, karena kandungan mineral
pada air di masing-masing wilayah yang digunakan para pembatik untuk memberikan
warna rupanya memiliki kadar yang berbeda-beda. Dengan demikian, bila melakukan
proses di 3 wilayah tersebut, maka batik tiga negeri yang dihasilkan akan
sempurna.
Dibeberapa
tempat, nama batik negeri memang kerap ditambahkan kata Tjoa. Hal ini diduga
karena nama tersebut merupakan pendesain batik tiga negeri di tahun 1940 silam.
Saat itu, nama tersebut berasal dari dua nama yakni Tjoa Tjoen Kiat dan Tjoa
Siang Swie. Tak heran, pada saat itu, nama Tjoa memang memiliki nilai jual yang
tinggi karena digunakan sebagai identitas. Berbicara mengenai motifnya yang
khas batik tiga negeri sendiri menggambarkan ketiga daerah yang saling memiliki
keterkaitan kuat. Prosesnya pun tidak mudah tentunya. Dengan prosesnya yang
rumit dan memakan waktu yang panjang, tidak salah harga batik tiga negeri saat
ini pun memang terkategori cukup mahal. Disamping itu, makna filosofis yang
terdapat pada jenis batik ini telah memberikan nilai sejarah yang tinggi.
Terbukti banyak yang percaya bahwa ada nilai dan chemistry yang ada dari
sejarah masa dulu yang terlukis dan melekat kuat pada batik tiga negeri ini.
Maka tak jarang, ini menjadi kelebihan dan nilai jual yang tinggi pada jenis
batik ini. Melihat prosesnya yang rumit dan memakan waktu yang lama serta nilai
historis yang melegenda tersebut, benar kiranya batik tiga negeri mendapatkan
julukan masterpiece dalam dunia perbatikan saat ini